Senin, 20 Oktober 2014

makna canang sari, gantal, genten, pesucian dan pengraos



BAB I
Pendahuluan
A.      Latar Belakang
Di dalam sastra disebutkan ada empat jalan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tertinggi, keempat jalan itu disebut dengan Catur Marga Yoga. Catur Marga Yoga terdiri dari Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga.  Bhakti Marga dan Karma Marga  Yoga mengajarkan kita mencari Tuhan di luar diri kita.
Bhakti Marga mewujudkan Tuhan dengan simbol-simbol, patung, pratima di pura. Sedangkan Karma Marga mewujudkan Tuhan di dalam diri orang yang menderita, sakit, kelaparan (membantu orang yang menderita). Jnana Marga Yoga mengajarkan Tuhan ada di mana-mana. Sedangkan Raja Marga Yoga mengajarkan Tuhan ada dalam diri sendiri. Di manapun Tuhan dipuja Beliau akan ada, termasuk dalam diri sendiri.
Keempat jalan spritual ini sebaiknya dipilih berdasarkan dari tingkat jnana atau pengetahuan spiritual yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang yang tingkat jnana-nya masih rendah sebaiknya menekuni ajaran Bhakti dan Karma Yoga. Sedangkan seseorang yang tingkat Jnana-nya sudah tinggi sebaiknya menekuni Jnana dan Raja Marga Yoga.
Dari keempat jalan tersebut pada umumnya masyakat Hindu di Bali banyak memilih ajaran Bakti Marga Yoga. Realisasi dari ajaran Bhakti Yoga dapat dilakukan melalui Nawa Widha Bhakti, yaitu: 1) Srawanam; mendengarkan wahyu Tuhan, 2) Kirtanam; Menyanyikan nama Tuhan, 3) Smaranam;  mengingat nama Tuhan, 4) Padasewanam; sujud dikaki Tuhan, 5) Arcanam; mempersembahkan bunga-bunga harum, 6) Wawadanam: merebahkan diri pasrah memuja Tuhan, 7) Dasyanam; melayani Tuhan, 8) Sakhyana; memuja Tuhan sebagai sahabat yang setia, 9) Atmawedanam : penyerahan total pada Tuhan.
Dalam kegiatan keagamaannya, masyarakat bali banyak menggunakan sarana-sarana ritual, salah satu bentuk sarana ritual yang digunakan adalah canang sari. Canangsari merupakan suatu bentuk reflektif dari Arcanam (mempersembahkan bunga-bunga harum) yang terdapat dalam ajaran Nawa Widha Bhakti.  Dengan demikian canangsari memiliki fungsi yang sangat penting dalam kegiatan keagamaan masyarakat bali. Lalu apakah yang dimaksud dengan canang sari itu? Kemudian bahan-bahan apa saja yang digunakan untuk membuat canangsari itu? Dan apakah ada makna filosofis yang terdapat dalam canangsari itu?















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Cara Membuat Canang Sari dan Kajian Filosofisnya
1.1  cannnnnnn.jpgPengertian Canang
 Sebelum lebih lanjut menguraikan kata Canang Sari, ada baiknya penulis jabarkan dahulu makna perkata dari kata Canang dan Sari. Kata Canang berasal dari bahasa Jawa Kuno yang pada mulanya berarti sirih, yang disuguhkan pada tamu (atiti) yang sangat dihormati (Wiana, 1992 : 26). Tamu yang dimaksud adalah tamu sekala yang sekedar mampir atau bertandang ke rumah seseorang.
Adalah sebuah kearifan sosial dari zaman dahulu bahwa bertandang ke rumah seseorang adalah bentuk menyama braya, tuan rumah yang dikunjungi akan sangat berbahagia karena pemahaman orang Bali yang dijiwai oleh Spirit Hindu memandang Tamu sebagai Dewa Manyekala. Rasa simpati dan bahagia tuan rumah, mereka cetuskan dengan mempersembahkan sesuatu kepada tamu yang biasanya adalah sirih.
           Kemudian kata Sari berarti inti, pokok, sumber dan  yang terpenting/utama Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan Canang Sari adalah sirih yang menjadi pokok utama, itulah mengapa Canang Sari  belum bisa dikatakan bernilai filosofis religius jika belum dilengkapi porosan yang bahan pokoknya tiada lain adalah sirih. Lewat sentuhan jiwa seni, Canang Sari bukan berbentuk sirih biasa, tapi merupakan perpaduan yang sedemikian rupa antara bunga, janur, daun, buah, tetuwesan dan jejahitan. Canang Sari adalah persembahan kepada "Tamu Niskala" yang agung yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang dipersembahkan oleh umat Hindu melalui "sapaan akrab" upacara agama agar beliau mendekat dan berkenan memberkati upacara yang dilaksanakan. Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali, Canang Sari merupakan ciptaan dari Mpu Sangkulputih yang menjadi sulinggih menggantikan Danghyang Rsi Markandeya di Pura Besakih.

1.2  Makna komponen penyusun Canang Sari Ceper
Ceper merupakan sebagai alas dari sebuah Canang Sari, yang memiliki bentuk segi empat. Ceper adalah sebagai lambang Angga Sarira (badan), empat sisi dari pada Ceper sebagai lambang dari Panca Maha Bhuta, Panca Tan Mantra, Panca Buddhindriya, Panca Karmendriya. Keempat itulah yang membentuk terjadinya Angga Sarira (badan) ini.

 1.3 Bunga
GAMBAR BUNGA.jpg Bunga adalah sebagai perlambang kedamaian dan ketulusan hati. Pada sebuah Canang Sari bunga akan ditaruh di atas sebuah Sampian Uras, sebagai lambang di dalam kita menjalani roda kehidupan ini hendaknya selalu dilandasi dengan ketulusan hati dan selalu dapat mewujudkan kedamaian bagi setiap insan.

Bunga sebagai salah satu unsur sarana persembahyangan. Dalam Bhagawadgita IX.26, disebutkan unsure-unsur pokok persembahan yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi adalah bunga, disamping daun, buah-buahan dan air. Adapun bunyi slokanya sebagai berikut:
Pattram puspam phalam puspam phalam toyam
Yome bhaktya prayaccati
Tad aham bhaktyu pakrtam
Asnami prayatat manah.




Terjemahan:
         Siapapun yang dengan  kesujudan mempersembahkan padaKu daun, bunga, buah-buahan atau air, persempahan yang didasari oleh cinta dan keluar dari lubuk hati yang suci, Aku terima (Wiana, 1992 : 25)

Penataan bunga berdasarkan warnanya di atas Sampian Urasari diatur dengan etika dan tattwa, harus sesuai dengan Pengider-ider  Panca Dewata.
Bunga berwarna Putih (jika sulit dicari, dapat diganti dengan warna merah muda) disusun untuk menghadap arah Timur, adalah sebagai simbol memohon diutusnya Widyadari (Bidadari) Gagar Mayang oleh Prabhawa Nya dalam kekuatan Sang Hyang Iswara agar memercikkan Tirtha Sanjiwani untuk menganugerahi kekuatan kesucian skala niskala.
Bunga berwarna Merah disusun untuk menghadap arah Selatan, adalah sebagai simbol memohon diutusnya Widyadari Saraswati oleh Prabhawa Nya dalam kekuatan Sang Hyang Brahma agar memercikkan Tirtha Kamandalu untuk menganugerahi kekuatan Kepradnyanan dan Kewibawaan.
Bunga berwarna Kuning disusun untuk menghadap arah Barat, adalah sebagai simbol memohon diutusnya Widyadari Ken Sulasih oleh Prabhawa Nya dalam kekuatan Sang Hyang Mahadewa agar memercikkan Tirtha Kundalini untuk menganugerahi kekuatan intuisi.
Bunga berwarna Hitam (jika sulit dicari, dapat diganti dengan warna biru, hijau atau ungu) disusun untuk menghadap arah Utara, adalah sebagai simbol memohon diutusnya Widyadari Nilotama oleh Prabhawa Nya dalam kekuatan Sang Hyang Wisnu agar memercikkan Tirtha Pawitra untuk menganugerahi kekuatan peleburan segala bentuk kekotoran jiwa dan raga.
Bunga Rampe (irisan pandan arum) disusun di tengah-tengah, adalah sebagai simbol memohon diutusnya Widyadari Supraba oleh Prabhawa Nya dalam kekuatan Sang Hyang Siwa agar memercikkan Tirtha Maha mertha untuk menganugerahi kekuatan pembebasan
file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/Ayu%20Indrawati%20%20MAKNA%20CANANG%20SARI%20DALAM%20PERSEMBAHYANGAN.htm (Moksa).
1.4 Beras atau Wija 
BERAS.pngBeras atau Wija sebagai lambang Sang Hyang Atma, yang menjadikan badan ini bisa hidup, Beras atau wija sebagai lambang benih, dalam setiap insan atau kehidupan diawali oleh benih yang bersumber dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang berwujud Atma.
Ceper sebagai lambang/nyasa angga-sarira/badan tiadalah gunanya tanpa kehadiran Sang Hyang Ātma . Tak ubahnya bagaikan benda mati, yang hanya menunggu kehancurannya. Maka dari itulah di atas sebuah ceper juga diisi dengan beras, sebagai lambang/nyasa Sang Hyang Ātma . Maka dari itulah hidup kita di belenggu oleh Citta dan Klesa, Ātma menimbulkan terjadinya Citta Angga-sarira (badan kasar) menimbulkan terjadinya klesa, itulah yang menyebabkan setiap umat manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya.
         1.5  Porosan. 


POROSAN.png,plawa.jpg
 








  Porosan bisa dikatakan bahan terpenting dan inti yang terdapat dalam Canang Sari, karena tanpanya Canang Sari belum bisa dikatakan memilki nilai religius. 
Di atas ceper ini diisikan sebuah "Porosan" (terdiri dari daun sirih, pamor (kapur) dan dimasukkan dalam jepitan janur) sebagai simbol "Silih Asih" dan Poros/Pusat yang bermakna, pada saat penganut Hindu Bali menghaturkan persembahan harus dilandasi oleh hati yang welas asih serta tulus kehadapan Sang Hyang Widhi beserta Prabhawa Nya, demikian pula dalam hal kita menerima anugerah dan karunia Nya. Sebuah Porosan terbuat dari daun sirih, kapur/pamor, dan jambe atau gambir sebagai lambang/nyasa Tri-Premana, Bayu, Sabda, dan Idep (pikiran, perkataan, dan perbuatan). 
Daun sirih sebagai lambang warna hitam sebagai nyasa Bhatara Visnu, dalam bentuk tri-premana sebagai lambang/nyasa dari Sabda (perkataan), 
Jambe/Gambir/buah pinang sebagai nyasa Bhatara Brahma, dalam bentuk Tri-premana sebagai lambang/nyasa Bayu (perbuatan), 
Kapur/Pamor sebagai lambang/nyasa Bhatara Siwa, dalam bentuk Tri-premana sebagai lambang/nyasa Idep (pikiran). 
Suatu kehidupan tanpa dibarengi dengan Tri-premana dan Tri Kaya, suatu kehidupan tiadalah artinya, hidup ini akan pasif, karena dari adanya Tri-premana dan Tri Kaya itulah kita bisa memiliki suatu aktivitas, tanpa kita memiliki suatu aktivitas kita tidak akan dapat menghadapi badan ini. Suatu aktivitas akan terwujud karena adanya Tri-Premana ataupun Tri-kaya.
Di lain pihak Surayin (2004: 59-60) mengatakan bagian dari Porosan diantaranya sirih menggambarkan Hyang Wisnu, Kapur menggambarkan Hyang Siwa dan Buah Pinang menggambarkan Hyang Brahma. Jika dilihat dari 2 konsepsi di atas ada perbedaan antara sarana porosan-nya pada gambir dan buah pinang, namun sebenarnya pada intinya adalah sama yaitu Porosan merupakan simbolisasi dari Tri Murti
PISANG.jpgTEBU.jpg1.6  Tebu dan pisang.





Di atas sebuah ceper telah diisi dengan beras, porosan, dan juga diisi dengan seiris tebu dan seiris pisang. Tebu atapun pisang memiliki makna sebagai lambang amrtha (kesejahteraan/kehidupan).
Setelah kita memiliki badan dan jiwa yang menghidupi badan kita, dan Tri Pramana yang membuat kita dapat memiliki aktivitas, dengan memiliki suatu aktifitaslah kita dapat mewujudkan Amrtha untuk menghidupi badan dan jiwa ini. Tebu dan pisang adalah sebagai lambang Amrtha yang diciptakan oleh kekuatan Tri Pramana dan dalam implementasinya berupa  Tri Kaya yang meliputi aktifitas berpikir, berbicara dan berbuat.
1.7  Sampian Uras/Uras Sari.
        Sampian Uras atau Uras Sari dibuat dari rangkaian janur yang ditata berbentuk bundar yang biasanya terdiri dari delapan ruas atau helai, yang melambangkan roda kehidupan dengan delapan karakteristik yang menyertai setiap kehidupan umat manusia (Asta Iswarya). Yaitu : Dahrma (Kebijaksanaan), Sathyam (Kebenaran dan kesetiaan), Pasupati (ketajaman, intelektualitas), Kama (Kesenangan), Aiswarya (kepemimpinan), Krodha (kemarahan), Mrtyu (kedengkian, iri hati, dendam), Kala ( kekuatan). Itulah delapan karakteristik yang dimiliki oleh setiap umat manusia, sebagai pendorong melaksanakan aktifitas, dalam menjalani roda kehidupannya. Ada pula yang mengatakan Uras Sari itu merupakan simbolis arah mata angin Asta Dewata.
KEMBNG.jpg1.8  Kembang Rampai.
    Kembang Rampai biasanya ditempatkan di atas susunan/rangkaian bunga-bunga pada suatu Canang, Kembang Rampai memiliki makna sebagai lambang kebijaksanaan.


Dari kata Kembang Rampai memiliki dua arti, yaitu: Kembang berarti bunga dan Rampai berarti macam-macam, sesuai dengan arah Pengider-ider,  Kembang Rampai ditempatkan di tengah sebagai simbol warna brumbun, karena terdiri dari bermacam-macam bunga.
Dari sekian macam bunga, tidak semua memiliki bau yang harum, ada juga bunga yang tidak memiliki bau, begitu juga dalam kita menjalani kehidupan ini, tidak selamanya kita akan dapat menikmati kesenangan adakalanya juga kita akan tertimpa oleh kesusahan, kita tidak akan pernah dapat terhindar dari dua dimensi kehidupan ini. Untuk itulah dalam kita menata kehidupan ini hendaknya kita memiliki kebijaksanaan. Selain sebagai simbol kebijaksanaan, jika dikaitkan dengan pemujaan Ista Dewata maka Kembang Rampai merupakan simbol Sang Hyang Siwa.
1.9  Plawa
plawa.jpg
Plawa adalah daun-daunan, disebutkan dalam Lontar Yadnya Prakerti bahwa Plawa merupakan lambang tumbuhnya pikiran yang hening dan suci, sehingga dapat menangkal pengaruh buruk dari nafsu duniawi yang menyesatkan umat manusia.
Canang Sari terbentuk dari beberapa unsur seperti dijelaskan di atas dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Canang Sari mengandung arti dan makna perjuangan  hidup manusia dengan selalu memohon bantuan dan perlindungan tuhan, untuk menciptakan, memelihara, dan meniadakan. Memohon agar tuhan selalu berkenan dekat dengan manusia, sebagai "tamu" yang membiimbingnya dalam rumah tangga kehidupan. Semuanya demi suksesnya cita-cita hidup manusia yakni kebahagiaan. Begitu tingginya filsafat yang dimiliki oleh Canang Sari yang divisualisasikan dalam bentuk Banten yang indah. Dengan kata lain Canang Sari adalah bahasa agama Hindu  dalam bentuk simbol yang dapat memberikan berbagai keterangan tentang arti dan makna hidup di dunia ini.

B.     Canang Sari dalam Konsep Penyatuan Siwa Siddhanta
Penyatuan sekte-sekte Siwa Siddhanta dalam Canang Sari dapat di kaji dari bunga. Bunga melambangkan ketulusan hati, dari warna-warna bunga dapat dikaitkan dalam Dewata Nawa Sangga, warna-warna bunga itu merupakan simbolis para dewa-dewa seperti bunga kamboja warna putih melambangkan dewa iswara, bunga cempaka kuning yang berwarna kuning melambangkan dewa Mahadewa, bunga yang berwarna merah melambangkan dewa Brahma, Bunga yang berwarna hijau atau biru melambangkan kekuatan dari Wisnu. Beras atau wija untuk Sekte Waisnawa yang diberikan petunjuk dalam konsepsi Agama Hindu di Bali tentang pemujaan Dewi Sri. Dewi Sri yang dipandang sebagai pemberi rejeki, kebahagiaan dan kemakmuran. Para petani di Bali, Dewi Sri dipandang sebagai dewanya padi yang merupakan keperluan hidup yang utama dan merupakan sumber kemakmuran serta kesejahteraan (Gunawan, 2012:49).
Bagian dari Porosan diantaranya Sirih menggambarkan Hyang Wisnu, Kapur menggambarkan Hyang Siwa, Buah Pinang menggambarkan Hyang Brahma (Surayin, 2004: 59-60). Selain itu dalam ura sari yang yang terdiri dari delapan lengkungannya itu juga melambangkan dari asta dewata yaitu sesuai dengan arah mata angin. Kembang rampai memiliki dua arti, yaitu: kembang berarti bunga dan rampai berarti macam-macam, sesuai dengan arah pengider-ideran kembang rampai di taruh di tengah sebagai simbol warna brumbun, karena terdiri dari bermacam-macam bunga. Disini dapat dilihat simbolis dari dewa siwa yaitu sesuai dengan arah mata angin dalam dewata nawa sangga yang berada di tengah-tengah.
Mantra Canang Sari
Oṁ Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Oṁ tamolah panca pacara guru paduka bhyo namah swaha
Oṁ shri Deva Devi Sukla ya namah svaha
 Sumber:




C.    Bentuk dan Fungsi Canang
Bentuk dan fungsi canang yang ada di Bali memiliki beberapa bentuk dan fungsi, antara lain:
1.1 Canang Sari
Canang Sari adalah sebuah canang yang alasnya dari sebuah ceper atau tamas kecil, hanya sampian uras sarinya membentuk asthadala sehingga terlihat berbentuk bundar sedangkan isinya seperti yang dijelaskan diatas, yang fungsinya adalah sebagai simbul serining yadnya, sehingga setiap upakara disertakan dengan canang sari. Disamping canang sari ageng ada juga canang sari alit yaitu hanya menggunakan empat penjuru pada simbul sampian urasarinya tetapi memiliki prinsip dan kwalitas yang sama.
Pada cepernya berisi raka-raka dan porosan, diatasnya dipasangkan sampian urasari, kemudian diatas sampian uras disusunkan bunga putih arah timur, bunga merah dikanan, bunga kuning dibagian barat, bunga biru dikiri, dan kembang rampai ditengah (sesuai pengideran).
Keterangan:
1.      ceper
2.      tebu seiris
3.      porosan siri asih
4.      jaja uli begina hancur
5.      pisang seirish
6.      sampian ruras sari
7.      bunga puti di timur
8.      bunga merah di selatan
9.      bunga kuning di barat
10.  bunga hijau/biru di utara
11.  koma rampe di tengah
1.2  Canang Genten
Pada prinsipnya canang genten sama dengan canang sari, hanya ditambahkan dengan jajan kekiping, pisang mas, dan bubur sesuruh merah dan putih, dan masing-masing bubur tersebut dibungkus dengan janur digiling menyerupai sebatang rokok, serta diletakkan dibawah sampian urasari.
Fungsi canang ini adalah sebagai sarana untuk memohon anugerah keremajaan atau kayowanan. Oleh karena itu canang genten dipergunakan pada pelaksanaan Upacara Ngeraja Sewala / Ngeraja Singa, upacara potong gigi dan pada upacara perkawinan.
Keterangan:
1.      caper
2.      tebu seiris
3.      porosan silih asih
4.      jaja uli begina sedikit
5.      pisang seiris
6.      kiping
7.      biu mas
8.      bubuh sesuru mekaput busung seperti rokok
9.      sampian ruras sari
10.  bunga putih di timur
11.  bunga merah di selatan
12.  bunga kuning di barat
13.  bunga hijau/biru di utara
14.  kembang rampe di tengah
1.3  Canang Payasan / Canang Pesucian
Canang pesucian dialasi dengan sebuah Ceper pada bagian pangkalnya, dan diatas taledan ini dijaritkan 5 buah celemik dengan posisi tempatnya, atas bawah, kanan, kiri, serta ditengahnya, masing-masing celemik berisi sarana sebagai berikut:
v   Pada celemik diatas berisi tepung tawar, adalah sebagai kekuatan Sang Hyang Iswara untuk memohon penyucian mengenai sebel kandel, letuhing jagat dan sarira.
v   Pada celemik dibagian kanan berisi lenga wangi (kapas berisi minyak wangi), adalah simbul kekuatan Sang Hyang Brahma, untuk memohon penyucian kehadapan  Beliau mengenai berbagai macam bentuk yang bersifat Wigna.
v   Pada celemik dibagian bawah, berisi daun dapdap yang digilas, adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Mahadewa, untuk memohon penyucian kehadapan Beliau mengenai segala akibat dari perbuatan Satru (kejahatan).
v   Pada celemik dibagian kiri berisi sisig, adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Wisnu, untuk memohon p enyucian mengenai gering sasab merana.
v   Pada celemik ditengah berisi burat wangi, adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Siwa, untuk memohon penyucian kehadapan Beliau, mengenai segala kekotoran bathinniah. Canang pesucian ini dipergunakakn hampir pada setiap upakara.
Keterangan:
1.      ceper
2.      tetuwasan petat
3.      tetuwasan suwah
4.      bunga
5.      porosan silih asih
6.      celemik berisi tepung beras/tawar
7.      celemik berisi kapas + minyak wangi
8.      celemik berisi daun dadap mecacak
9.      celemik berisi jaja metunu (sigsig)
10.  celemik berisi serbuk cendana
11.  sebuah takir berisi air
12.  canag sari
1.4  Canang gantal
Pada prinsipnya canang gantal ini sama dengan canang pesucian hanya pada celemik ditengah diisi base tubungan metungkas, mengenai makna yang terkandung kedalam canang gantal dapat disimak dari kosakatanya yaitu:
Kata gantal berasal dari kata “Gana”, yang mengandung arti “Pertemuan” atau pupulan, sedangkan suku kata “Tal”, dapat diartikan “Bersatu” atau terikat menjadi satu. Dengan demikian canang gantal memiliki makna sebagai permohonan umat kehadapan Sag Hyang Widhi agar dianugerahkan kedamaian.
Canang gantal terdiri dari dua taledan, taledan pertama berisi seperti yang telah dijelaskan diatas, kemudian diatas taledan pertama disusun lagi dengan taledan kedua yang berisi, raka-raka lengkap, sampian plaus, dan porosan. Diatas taledan dijaritkan dua buah celemik dengan posisi dikanan dan kiri, dengan celemik disebelah kanan berisi burat wangi, serta celemik yang disebelah kiri berisi lenga wangi, sedangkan dibagaian tengahnya berisi pisang mas, jajan kekiping, 2 buah bantal kecil kemudian paling atas disusunkan sebuah canang sari diikat dijadikan satu. Canang gantal dipergunakan pada upakara panca yadnya.
Keterangan: (Bawah)
1.      taledan mepelekir
2.      raka-raka jankep sampian plaus
3.      celemik berisi tepung tawar
4.      celemik berisi kapas+ minyak wangi
5.      celemik berisi daun dadap mecacak
6.      celemik berisi jaja metunu
7.      celemik berisi serbuk cendana
8.      base tulak
1)      Taledan mepelekir
2)      Rak-raka jankep sampian plaus
3)      Celemik berisi lenge wangi (salep wangi)
4)      Celemik berisi burat wangi ( serbuk cendana)
5)      Kiping
6)      Biyu mas
7)      Bantal 2 buah
1.      Canang sari diatas (diikat) (paling atas)
1.  Canang Pengerawos
Pembuatan canag pengerawos, pada prinsipnya sama seperti canang gantal hanya ditengahnya mempergunakan sebuah takir berisi 5 buah lekesan, serta maknanya hampir sama dengan canang gantal, hanya disini menekankan permohonan kehadapan Sang Hyang Widhi, khususnya dalam hal memohon kebulatan pendapat berdasarkan ketenangan hati untuk mencapai kedamaian.
Lekesan sebanyak 5 buah adalah sebagai simbul dari, sabda, bayu, idep, rasa, dan cita. Canang pengerawos dipergunakan pada upakara peparuman, upakara pemelastian Bethara, upakara piodalan, upakara pengajuman.
Keterangan :
1.      Canag sari ( diikat jadi satu)
2.      Rake-rake jangkep sampian plaus
3.      Celemik berisi lenge wangi (salep wangi)
4.      Celemik berisi burat wangi (serbuk cendana)
5.      Kiping
6.      Biyu mas
7.      Bantal 2 buah
1)      Taledan mepelekir
2)      Raka-raka jangkep
3)      Celemik berisi tepung tawar
4)      Celemik berisi kapas+minyak wangi
5)      Celemik berisi daun dadap mecacak
6)      Celemik berisi jaja metunu
7)      Celemik berisi serbuk cendana
8)      Base lekesan 5 buah di ikat jadi satu alas takir




1 komentar:

  1. Wynn Resorts, Las Vegas: The top 10 casinos with
    Wynn 여수 출장샵 Resorts offers the finest 창원 출장샵 in Las Vegas hospitality 김천 출장마사지 and 거제 출장마사지 delivers top-notch 남원 출장마사지 service to ensure guests never miss a moment of

    BalasHapus